I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
saat ini masyarakat kita dihadapkan dengan beberapa permasalah yang menjadi
penghambatan dalam melakukan kegiatan, salah satunya adalah permasalahan
lingkungan yang dapat menimbulkan bencana alam. Banyak sekali faktor yang menjadi
penyebab dari permasalan ini.
Permasalahan
Lingkungan menjadi permasalahan yang
sudah tidak asing lagi di negara kita ini. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan
oleh permasalahan lingkungan. Permasalahan ini sudah terjadi sejak adanya
manusia di bumi ini. Maka dalam sebuah artikel menyebutkan bahwa faktor yang
sangat penting dalam permasalahan lingkungan hidup adalah populasi manusia.
Pertumbuhan populasi
manusia yang cepat, menyebabkan kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat
pemukiman, dan kebutuhan lain serta limbah domestik juga bertambah dengan
cepat. Pertumbuhan populasi manusia telah mengakibatkan perubahan yang besar
terhadap lingkungan hidup.
Pertumbuhan populasi
manusia menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan hutan,
pencemaran, erosi, dan sebagainya; karena manusia selalu berinteraksi dengan
makhluk hidup lainnya dan benda mati dalam lingkungan. Ini dilakukan manusia
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam upaya mempertahankan jenis dan
keturunannya.[1]
Permasalahan
lingkungan hidup menjadi semakin parah karena adanya kemajuan teknologi yang
sangat pesat. Kemajuan teknologi tidak hanya berperan sebagai perusak namun
juga dapat membantu menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Pemenuhan
kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang
berbentuk pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengelolaan lingkungan hidup,
terjadi hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan
sosial. Ini berarti sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang
konsep hubungan timbal balik (inter-related) antara lingkungan biofisik dengan
lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka
konsep ekologi akan selalu terkait, sehingga permasalahan lingkungan hidup
adalah permasalahan ekologi.
Dalam
makalah ini kami menulis beberapa penjelasan yang akan bermaanfat untuk para
pembaca khususnya tentang ekologi, prinsip-prinsip yang terkandung dalam
ekologi, dan etikka lingkungan yang telah kami dapatkan dari beberapa sumber.
B.
Permasalahan
Dari
penjabar yang telah kami cantumkan dalam latar belakang maka permasalahan yang
akan kita bahas adalah tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan hidup yaitu tentang ekologi, prinsip-prinsip ekologi, dan etika
lingkungan. Dari pembahasan itu kita akan memahami bagaimana yang harus kita
lakukan terhadap lingkungan sekitar kita.
II.
PEMBAHASAN
Pembahasan
dalam makalah ini berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, sebagaimana yang
telah kami jabarkan dalam pendahuluan dengan judul EKOLOGI, PRINSIP-PRINSIP
EKOLOGI, dan ETIKA LINGKUNGAN.
Pertama-tama
yang kita lakukankan adalah mengetahui pengertian dari ekologi, prinsip-prinsip
yang terdapat di dalamnya dan bagaimana dengan etika lingkungan yang baik dan
benar.
A.
Pengertian Ekologi, Prinsip-prinsip
Ekologi, dan Etika Lingkungan
Istilah ekologi pertama
kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah
(tempat tinggal) makhluk hidup.[2]
Secara
luas ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan. Sehingga inti dari permasalahan ekologi
adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidup.
Prinsip-prinsip
ekologi merupakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekologi. Dan prinsip-prinsip inilah yang akan menjadi pokok
dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Etika
diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang biasanya di wariskan dari satu
generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan
tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik. Isi dari etika itu sendiri
bisa merupakan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia. Secara
luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, dan arah
bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika lingkungan merupakan
kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.
Mengacu pada pemahaman tersebut maka etika
lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan mengenai norma dan kaidah moral
yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan
prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam
tersebut.
B.
Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam
Ekologi
Pembahasan
selanjutnya adalah prinsip-prinsip ekologi, dari beberapa sumber yang telah
kami baca prinsip ekologi ada 14, antara lain:
1.
Semua energi yang memasuki sebuah
organisme (jasad hidup), populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi
yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2.
Tak
ada sistem pengubahan energi yang betul-betul cermat.
3.
Materi,
Energi, Ruang, Waktu, dan Keaneka-ragaman adalah kategori sumber alam.
4.
Untuk
semua kategori sumber alam, kalau pengadaan sumber itu sudah cukup tinggi,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu
sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini, takkan ada
pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali
Keaneka-ragaman dan Waktu) kenaikan pengadaan sumber alam yang melampaui batas
maksimum, bahkan akan mempunyai pengaruh yang merusak karena kesan peracunan.
Ini adalah prinsip penjenuhan. Untuk banyak fenomena sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati
batas maksimum.
5.
Ada
dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya dan ada pula sumber alam yang tidak mempunyai
daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6.
Individu
dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7.
Kemantapan
keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah
diramal.
8.
Bahwa
sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh
keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam lingkungan
hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9.
Keaneka-ragaman
komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya.
10.
Perbandingan
(rasio) antara biomasa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu
pada lingkungan yang stabil hingga mencapai sebuah asimtot.
11.
Sistem
yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum
dewasa).
12.
Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
13.
Lingkungan
yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya penimbunan keanekaragaman
biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan
kestabilan kepada populasi.
14.
Derajat
pola keteraturan naik turun populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.[3]
Pembahasan:
Prinsip pertama
ini sama dengan hukum termodinamika I dan sering pula disebut sebagai hukum
Konservasi Energi. Pada dasarnya energi tidak dapat diciptakan atau
dihancurkan, namun energi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi
yang lainnya. Hal ini terjadi dalam suatu sisitem kehidupan. Oleh karena itu,
sistem kehidupan dianggap sebagai pengubah energi. Sehingga dalam sistem
kehidupan tersebut akan dijumpai berbagai strategi untuk mentransformasikan
energi. Tiap organisme, populasi atau ekosistem memiliki energi yang tersimpan
atau terlepas.
Contoh : Energi yang
diperoleh seekor binatang, misalnya kerbau yang berasal dari rumput akan diubah
menjadi energi gerak/mekanik yang dihasilkan melalui proses pencernaan makanan.
Sebagian energi itu akan dirubah juga menjadi energi panas atau kalor.
Prinsip yang
ke-2 merupakan hukum termodinamika II. Artinya, meskipun energi itu tidak dapat
dimusnahkan, tetapi energi itu akan terus mengalami perubahan (diubah-ubah) ke
dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Hal ini menyebabkan terjadinya kecendurang
alamiah bahwa hampir semua bentuk energi mengalami degradasi kedalam bentuk
panas tanpa balik, dari pemuaian beradiasi keangkasa lepas.
Contoh : Energi yang
diambil oleh seekor hewan yang dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan hidupnya
berupa makanan yag padat dan bemanfaat. Tetapi energi yang dihasilkan dari
makanan tersebut berupa panas yang disebabkan karena aktitas seperti berlari,
terbang atau berenang adalah terbuang percuma.
Prinsip yang ke-3, ruang
merupakan sesuatu yang dapat menjadi pemisah antara jasad hidup (organsime)
dari bahan makanan yang dibutuhkannya. Jauh dekatnya ruang yang memisahkan
organsime dari bahan makanannya akan sangat menentukan perkembangan populasi
organsime tersebut. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi
dan energi sebagai sumber alam. Waktu merupakan sumber alam yang sangat
berharga dan bukan merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Contoh : Waktu
berkaitan dengan sejauh mana suatu organisme dapat bertahan hidup. Misalnya,
seekor pemangsa katakanlah singa harus menahan lapar yang cukup lama dalam
melakukan pengintaian terhadap mangsanya sebelum benar-benar yakin dapat
menerkam mangsanya itu. Karena apabila sudah melewati batas waktu maksimum
kemampuan menahan lapar, kemudian tidak berhasil menangkap mangsa, maka singa
itu akan mati.
Prinsip ke-4,
pengadaan sumber alam itu mempunyai batas optimum, artinya bahwa bukan saja
batas maksimum, tetapi juga batas minimum pengadaan sumber alam itu akan
mengurangi daya kegiatan suatu sistem. Konsekuensinya, karena adanya ukuran
optimum pengadaan sumber alam suatu populasi, maka naik turunnya individu
populasi bergantung pula pada pengadaan sumber alam itu pada suatu jumlah
tertentu. Maka, di dalam suatu keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi
tumbuhan/hewannya cenderung naik turun daripada terus naik atau terus turun.
Akan terjadi pengintensifan perjuangan untuk hidup, bila persediaan sumber alam
berkurang, sebaliknya akan terjadi ketenangan bila sumber alam bertambah.
Akibatnya, kepadatan populasi yang berlebih akan membawa penurunan jumlah
populasi dan sebaliknya. Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan
pengaturan populasi karena faktor yang bergantung kepada kepadatan itu (density
dependent faktor).
Contoh : Seekor harimau
akan berjuang lebih keras dalam melakukan perburuan terhadap binatang yang
menjadi mangsa, ketika populasi binatang yang jadi mangsa itu berkurang.
Prinsip ke-6 merupakan
pernyataan teori Darwin dan Wallace. Bila terjadi perbedaan sifat keturunan
dalam tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik dan biologi, kemudian
timbul kenaikan dalam kepadatan populasi sehingga timbul persaingan, maka
organisme yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan tersebut.
Oleh karena itu, organisme yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap keadaan
lingkungannya (adaptif) akan mampu pula menghasilkan keturunan daripada
organisme non adaptif. Namun, meskipun demikan, bila kondisi lingkungan
berubah, beberapa spesies lain mungkin akan lebih adaptif daripada spesies yang
lainnya.
Contoh : Kepunahan yang
terjadi pada hewan-hewan purba yang disebabkan karena faktor perubahan
lingkungan yang sangat drastis, namun ada beberapa organisme yang dapat
bertahan karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubuhan yang
terjadi itu.
Prinsip ke-7, alam lingkungan yang mudah diramal artinya adanya
keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang
realtif lama. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan sebuah lingkungan
yang terdiri atas banyak spesies dari yang umum hingga yang jarang dijumpai,
yang dapat melakukan penyesuaian (secara evolusi) kepada tingkat optimum
daripada keadaan lingkungannya. Lingkungan yang tidak stabil, hanya baik dihuni
oleh spesies yang relatif sedikit jumlahnya dan umumnya kepadatannya pun kurang
lebih serupa.
Contoh : ekosistem
padang pasir hanya dihuni oleh beberapa spesies yang memilki kemampuan adaptif
terhadap kondisi lingkungan yang panas dan kering.
Prinsip ke-8, tiap
spesies mempunyai niche (relung) tersendiri, sehingga antar spesies dapat hidup
berdampingan tanpa persaingan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan
fungsi yang berbeda-beda di alam. Seandainya ada sekelompok taksonomi lain yang
terdiri atas spesies yang mempunyai cara makan serupa dan mempunyai toleransi
terhadap lingkungan yang bermacam ragam serta luas, maka alam lingkungan itu
hanya akan ditempati oleh spesies yang kecil saja keanekaragamannya.
Prinsip ke-9, ada
hubungan antara biomasa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem
biologi. Bila suatu sistem menyimpan sejumlah materi B (untuk biomasa) dan
mengandung aliran energi melalui materi itu P (untuk produktivitas yaitu ukuran
aliran energi dalam waktu tertentu), lalu aliran energi itu telah berasosiasi
sebanding dengan aliran materinya, dan materi itu bebas tukar menukar dengan
materi yang tersimpan, maka jumlah waktu rata-rata (t) yang diperlukan bagi
penggunaan materi dalam sisitem itu dapat dinyatakan dengan rumus : t = K .
B/P, dengan K adalah koefisien tetapan. Keanekaragaman atau kompleksitas suatu
sistem (D) sebanding dengan t. Artinya, kecermatan penggunaan aliran energi
dalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi
sistem biologi itu dalam suatu komunitas.
Prinsip ke-10 ini
merupakan kelanjutan dari prinsip 7 dan 9. Kalau D meningkat dalam perjalanan
waktu serta habitat yang stabil dan sebanding dengan B/P, maka B/P harus
meningkat pula dalam habitat yang stabil itu. Prinsip 10 ini sangat penting,
sebab berarti sistem biologi itu menjalani evolusi yang mengarah kepada
peningkatan kecermatan penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil,
yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain, jika
kemungkinan P maksimum itu sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk ke
dalam ekosistem, sedangkan D dan B masih dapat meningkat dalam perjalanan
waktu, maka kuantum (jumlah) energi yang tersedia dalam sistem biologi itu
dapat digunakan untuk menyokong biomasa yang lebih besar melalui kompleksitas
organisasinya.
Prinsip ke-11 ini
berarti bahwa ekosistem, populasi, atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi biomasa dan keanekaragaman tingkat organisasi di dekatnya
yang belum dewasa. Energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
gradasi yang menuju ke arah organisme yang kompleks, atau dari sub sistem yang
tinggi keanekaragamannya. Prinsip 11 merupakan kelanjutan dari prinsip 5 dan 9
yang pada prinsipnya menyatakan bahwa satu cara untuk menigkatkan kecermatan
penggunaan energi, ialah dengan mengeksploitasi sistem lain yang menghabiskan
energinya untuk mengumpulkan materi dan energi yang dibutuhkan.
Prinsip yang ke-12 ini
merupakan kelanjutan dari prinsip 6 dan 7. Jika pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus-menerus meningkat dalam perjalanan waktu di
lingkungan yang sudah stabil, maka dapat diharapkan akan adanya perbaikan yang
terus menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Dalam sebuah ekosistem
yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan) yang sudah stabil, keperluan untuk
memiliki sifat responsif terhadap fluktuasi faktor alam yang tak diduga-duga
ternyata tak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan
biokimiawi lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu.
Prinsip yang ke-13,
dalam komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem
meningkat, dan bila sesuatu yang buruk berlaku pada satu jalur, maka
kemungkinan jalur lain mengambil alih adalah lebih besar (prinsip 7). Jika
kestabilan lingkungan fisik itu merupakan syarat bagi penimbunan kompleksitas
organisasi dan keanekaragaman biologi, maka kestabilan faktor fisik akan
mendukung kestabilan populasi dalam ekosistem yang mantap (prinsip 7). Adaptasi
yang peka dan kompleks serta sistem kontrol akan berevolusi sebagai tangggapan
terhadap lingkungan biologi dan sosial daripada komunitas yang stabil (prinsip
12). Kecermatan energi berarti pemborosan minimum, serta amplitude yang luas
daripada populasi dilakukan dengan peningkatan pembalikan keturunan yang
merupakan ukuran dari pemborosan dan amplitude yang luas daripada naik turun
populasi merupakan karakteristik ekosistem yang belum mantap.
Prinsip ke-14, populasi
yang berbeda-beda memang mempunyai pola keteraturan naik-turun populasi yang
berlainan. Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip 13. Tidak ada
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi. Jika sifat
ktidakstabilan itu sedemikian rupa sehingga sejumlah kecil spesies berinteraksi
satu dengan yang lainnya dalam satu cara tertentu sampai terjadi perpanjangan
waktu, maka fluktuasi populasi yang sangat tinggi mungkin saja berlaku.[4]
C.
Etika Lingkungan
Etika
diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang biasanya di wariskan dari satu
generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan
tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik. Isi dari etika itu sendiri
bisa merupakan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia.
Kaidah,
norma dan aturan tersebut sesungguhnya ingin mengungkapkan, menjaga, dan
melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan
demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam
menuntun perilaku.
Secara
luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, dan arah
bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika lingkungan merupakan
kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Mengacu pada
pemahaman tersebut maka etika lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan
mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam
berhubungan dengan alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku
manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut.
Etika
lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam dan juga
relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan
manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan makhluk
hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya
kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak
terhadap alam.
Ada
beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam
pendekatannya terhadap alam dan lingkungan. Etika Lingkungan disebut juga Etika
Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi
dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan
lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah
etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan
manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha
pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Yang dimaksud Etika
ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang,
sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini
memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan
karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk
hidup dan hak untuk berkembang. Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah
pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana
untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal
ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu
pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli
lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pentingnya
kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang,
menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk menyelamatkan lingkungan hidup harus
dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antar generasi yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Etika lingkungan
diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut tentang lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Beberapa prinsip yang
harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan, sebagai
berikut:
a)
Manusia merupakan bagian dari lingkungan
yang tidak terpisahkan sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan
lingkungannya selain dirinya sendiri,
b)
Manusia sebagai bagian dari lingkungan,
hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga terhadap pelestarian , keseimbangan dan
keindahan alam,
c)
Kebijaksanaan penggunaan sumber daya
alam yang terbatas termasuk bahan energi,
d) Lingkungan
disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang
lain.[5]
Beberapa upayah untuk menjaga
keseimbangan lingkungan hidup, antara lain:
1.
Menjaga dan memelihara makhluk hidup
Dalam
firman Allah SWT surah Al-Qasas ayat 77;
Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S.
Al-Qasas (28):77)
2.
Penanaman pohon dan penghijauan
Salah satu konsep
pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan
cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang
menanam pohon sebagai shadaqah. Firman Allah dalam surah Al-An’am ayat 99;
Dan Dialah yang menurunkan air
hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S.Al-An’am
(6):99)
3.
Menghidupkan lahan yang mati
Lahan mati berarti tanah
yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak
dimanfaatkan.[33] Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36): 33 ;
Dan suatu tanda
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan
bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka
makan.
(Q.S.
Yasin (36) :33)
Kematian
sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami,
tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya
pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan
pemukiman sebagai tempat tinggal.[6]
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjabaran diatas ada beberapa kesimpulan, antara lain:
1.
Ekologi adalah ilmu yang membahas
tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Inti dari
permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan
lingkungan hidup.
2.
Ada 14 prinsip-prinsip ekologi yang
harus diketahui.
3. Etika
lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
tentang lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan
lingkungan tetap terjaga.
B.
Pesan
1.
Untuk mahasiswa
Untuk
seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa STAIN Samarinda diharapkan dapat
memberikan peranan dalam menjaga keseimbangan llingkungan hidup di masyarakat
dan menjadi pelopor untuk membentuk lingkungan yang bersih,hijau, dan sehat.
2.
Untuk masyarakat
Untuk
masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan, yang dapat dimulai dari menjaga
kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan membantu peran mahasiswa untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, dan sehat.
tulisannya menyiksa mata...
BalasHapus